Rabu, 21 November 2012

Pendidikan Spesial untuk Penguasa

Filled under:


Sebuah jembatan, di atas Sungai Ciberang, Lebak, Provinsi Banten yang dibangun pada 2001 ini mendadak menggemparkan dunia internasional. Betapa sungguh mengiris hati siapapun yang meresapi fenomena ini. Puluhan anak-anak sekolah dengan tangan mungil mereka berusaha mencengkeram tali-tali konstruksi rangka jembatan yang masih menggantung sekenanya, melayang di atas derasnya arus Sungai Ciberang. Dengan penuh keprihatinan dan diiringi pula dengan semangat yang tinggi untuk meraih cita-cita dengan belajar di sekolah, anak-anak ini dengan berpeluh semangat yang tinggi meniti jembatan yang hampir rubuh, satu persatu menyeberangi jembatan menuju sekolah mereka. Berita ini tak hanya mengiris hati para pemerhati pendidikan di tanah air saja, akan tetapi juga menyedot perhatian pemerhati pendidikan di dunia internasional. Koran Inggris Daily Mail pun memuat berita tentang fenomena ironi ini. Bahkan Daily Mail mengibaratkan perjuangan anak-anak Banten ini untuk sekolah dengan aksi dalam sebuah film berjudul “Indiana Jones”. Bahkan menurut mereka aksi nekat anak-anak ini lebih berani dan membahayakan dari pada aksi dalam film itu. Anak-anak ini menyeberangi sungai, meniti jembatan semi rusak tanpa sehelai pengaman pun.

Fenomena-fenomena yang mengganggu kedamaian pendidikan seperti fenomena jembatan Lebak, Banten ini, kiranya kita pasti berharap pemerintah akan melakukan hal yang berarti demi mengobati luka yang selama ini disembunyikan di bawah perban kemunafikan. Entah itu karena ulah koruptor, pejabat pendidikan, atau  kepala sekolah yang tidak bertanggungjawab. Di mana peran pemerintah sebenarnya dalam mewujudkan pendidikan yang layak bagi rakyat sekarang ini. DPR rapat, hanya luka bonyok yang didapat. Betapa tidak, sekali DPR rapat paripurna, keributan selalu mewarnai rapat paripurna. Lalu apa yang didapat rakyat? Hanya tontonan yang sangat tidak mendidik, apalagi untuk calon penerus perjuangan bangsa. Jika telah terjadi seperti ini pada pendidikan di negara kita, lalu untuk apa kita masih memperingati hari pendidikan nasional setiap tanggal 2 Mei. 2 Mei, tanggal Ki Hajar Dewantara dilahirkan. Tanggal kelahiran beliau ditetapkan sebagai hari pendidikan nasional, karena kontribusi yang telah diberikannya bagi perjuangan pendidikan untuk pribumi.

Hari pendidikan nasional, hanya sekadar untuk menyegarkan ingatan kita akan sosok mulia Ki Hajar Dewantara, ataukah hanya kamuflase belaka untuk menutupi kemunafikan pejabat yang sekadar menganggap remeh urusan pendidikan. Entah itu kemunafikan atau kamuflase, yang jelas hari pendidikan nasional sejatinya mengajarkan kepada anak bangsa untuk terus berkarya dan belajar. Karena berkat perjuangan para pejuang pendidikan, kita sampai sekarang telah menikmati kesempatan untuk dapat belajar dengan bebas tanpa larangan ini dan itu.

Lepas dari kemunafikan pejabat pemerintah akan campur tangannya di dunia pendidikan, pada kenyataannya di dunia nyata, pendidikan di negara kita sangat minim akan pendidikan moral. Sehingga moral generasi penerus bangsa sangat mengkhawatirkan masa depan bangsa. Pendidikan moral pun kiranya tak sampai dipelajari oleh para pejabat DPR yang mengaku lulusan sekolah bergengsi luar negeri. Munculnya film layar lebar seperti laskar pelangi pun hanya muncul sebagai euforia, tanpa ada resapan yang memasuki perasaan dan fikiran kita untuk lebih memaknai arti hari pendidikan nasional secara lebih bijak. Kisah-kisah perjuangan untuk mendapat pendidikan yang layak seperti di atas, kita pun berharap agar kemunafikan-kemunafikan yang merupakan parasit kemajuan pendidikan di Indonesia bisa segera hilang, dengan penghayatan terhadap kisah-kisah perjuangan tersebut.


0 komentar:

Posting Komentar